Selasa, 21 April 2020

Tugas individu Filsafat Islam 6 April

Abdul Rahman Saleh alias Aman (26), seorang narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Ternate yang bebas lewat program asimilasi dari Kementerian Hukum dan HAM kembali ditangkap karena kasus pencurian.
Aman dibebaskan dalam program asimilasi untuk mencegah penyebaran virus corona baru atau Covid-19 pada 2 April 2020.
Baru tiga hari bebas, Aman kembali berulah dan mencuri sebuah ponsel.
"Iya betul, dia adalah napi Lapas Ternate yang mendapatkan asimilasi,” kata Kasat Reskrim Polres Ternate AKP Riki Arinanda ketika dihubungi Kompas.com, Senin (13/4/2020).

Tanggapan:
Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly mengusulkan pembebasan Napi koruptor, alasannya untuk memutus penyebaran corona di dalam sel tahanan yang diklaim telah kelebihan muatan tahanan. Namun pernyataan itu dibantah oleh Nazwa Shihab yang menjadi saksi atas KEMEWAHAN sel tahanan koruptor. Setelahnya, Jokowi mengumumkan bahwa tidak akan ada napi koruptor yang akan dibebaskan, namu napi umum yang akan dibebaskan.
Sebanyak 30.432 telah bebas dan diumumkan pada tanggal 4 April 2020 lalu. Namun belum lama ini banyak bermunculan berita kejahatan yang dilakukan oleh napi yang mendapat asimilasi. Bayangkan betapa malunya pemerintah yang terlibat dalam dukungan pelepasan ini, alih-alih meminta maaf, Yasonna hanya mengimbau polisi agar langsung menjebloskan napi asimilasi yang tertangkap kasus kriminal LAGI.
Dalam agama Islam, pemimpin rakyat haruslah memiliki keputusan yang adil, adil bukan berarti sama rata, namun logis dan masuk akal.
Dalam Islam, memimpin atau menjadi pemimpin adalah pekerjaan yang berat. Karena kesulitan itu, seorang Muslim tidak diperkenankan meminta jabatan atau amanah apapun pada orang lain. Namun ketika ia diserahi amanah, pantang baginya menolak perintah itu.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Wahai Abdurrahman bin Samurah! Jangan kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepadamu karena diminta, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepadamu bukan karena diminta, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Zaman dulu, para Sahabat dan orang-orang shaleh setelahnya selalu menghindar dan merasa keberatan menjadi seorang pemimpin. Mereka merasa potensi yang dimiliki sangat jauh dari kriteria seorang pemimpin.
Tetapi ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di negara kita, banyak orang-orang yang tidak jujur, tidak adil, tidak memiliki keputusan yang menguntungkan rakyat berlomba lomba dalam memimpin.
Rasulullah bersabda: Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah pada hari kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah seorang pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci oleh Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah seorang pemimpin yang zalim.” (HR. Tirmidzi).
Wallahu alam..
Ini akan menjadi pembelajaran bagi semua pemimpin agar memutuskan sesuatu haruslah tau sebab akibatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar